Jumat, 01 Oktober 2010 20.20

Semua membutuhkan jeda

.آمين

Semua membutuhkan jeda

Kadang aku berpikir, andai saja aku bisa menjadi seperti aku yag dulu lagi, menjadi aku yang bisa seharian bermain di lapangan. menjadi aku yang tanpa rasa malu berlarian lepas di jalanan desa sambil tertawa tanpa ada sedikitpun rasa ingin menahannya.

Aku tak tahu, mereka kah yang menjauh dariku? atau justru aku yang menjauh dari mereka?
Andai waktu ibarat bola yang bisa seenaknya kita lempar, andai waktu ibarat cerita fiksi yang bisa seenaknya kita buat alurnya, andai waktu ibarat DVD yang dapat kita putar ulang tayangannya... tentu tak akan ada manusia kecewa, tak akan ada manusia putus asa, tak akan ada manusia menyesal, tak akan ada manusia kehilangan, tak akan ada manusia... kesepian.

Tapi... apa jadinya manusia jika begitu? tentu akan menjadi manusia yang tak tau arti dari kehidupan, karena dalam kehidupan harus ada jeda yang seringkali tak mengenakkan,
bagaimana mungkin kita kan mengerti makna dari bahagia jika tak pernah merasakan jeda yang bernama sedih dan kecewa. Bagaimana mungkin kita bisa merasakan jeda yang bernama bangga jika tidak pernah merasakan jeda yang bernama gagal dan putus asa. Bagaimana mungkin kita bisa merasakan hal yang bernama suka jika tidak pernah disapa oleh jeda yang bernama duka. bagaimana mungkin kita bisa tahu bagaimana rasanya ceria jika tidak pernah dihampiri oleh jeda yang bernama sepi. Bagaimana mungkin kita bisa menghargai makna dari memiliki jika tidak pernah merasakan jeda yang bernama kehilangan.
BETAPA SEMUA MEMBUTUHKAN JEDA...

Dan mungkin sekarang aku sedang membutuhkan jeda yang bernama kesepian, semoga saja jeda ini kan membuatku menjadi sosok yang lebih menghargai setiap jeda dalam kehidupan dan semoga jeda ini tak berkelanjutan agar aku bisa merasakan jeda-jeda yang lainnya, berbagai macam jeda yang mampu membuatku istiqomah dijalanNya... Amiin

20.18

Sahabat

ن

Sahabat

Dalam dunia ini,
Kita tidak punya siapa2 kecuali diri sendiri.

Tetapi dalam kita bersendiri,

Kita beruntung karena mempunyai seorang sahabat yang memahami kita.


Sebagaimana kita mengharapkan keikhlasan dan kejujuran seorang sahabat, begitu juga dia.
Tetapi kita sering terlupa akan hal itu.

Kita cuma mengambil kira tentang harapan dan perasaan kita.

Kita rasa dikhianati bila dia tidak menepati janjinya.

Kita tidak memberi dia peluang untuk menerang keadaannya.

Bagi kita, Itu alasannya untuk menutup kesilapan dan membela diri.

Kita terlupa, kita juga pernah membiarkan dia ternanti-nanti..
 
Karena kita juga ada janji yang tidak ditepati.

Kita beri beribu alasan, memaksa dia menerima alasan kita.
 
Waktu itu, terfikirkah kita tentang perasaannya??  
Seperti kita, dia juga tahu rasa kecewa.. tetapi kita sering terlupa.  
Untungnya mempunyai seorang kawan yang sentiasa di sisi kita pada waktu kita memerlukan dia. Dia mendengar luahan perasaan kita, segala rasa kecewa dan ketakutan, harapan dan impian kita luahkan,  
Dia memberi jalan sebagai laluan penyelesaian masalah.

Selalunya kita terlalu asyik bercerita tentang diri kita,
 
Hingga kadang-kadang terlupa kawan kita juga ada cerita yang ingin dibagi bersama kita. Pernahkah kita memberi dia peluang untuk menceritakan tentang rasa bimbangnya, rasa takutnya?  
Pernahkah kita menenangkan dia sebagaimana dia pernah menyabarkan kita?  
Ikhlaskah kita mendengar tentang kejayaan dan berita gembiranya?  
Mampukah kita menjadi sumber kekuatannya seperti mana dia meniup semangat setiap kali kita merasa kecewa dan menyerah kalah?  
Dapatkah kita yakinkan dia bahawa kita boleh dipercayai, kita boleh dijadikan tempat untuk bersandar bila terasa lemah, agar tidak rebah?  
Bolehkah kita menjadi bahu untuk dia sandarkan harapan?  
Sesekali jadilah kawan yang mendengar dari yang hanya bercerita.  
Ambillah masa untuk memahami hati dan perasaan kawan,
Kerana dia juga seorang manusia; dia juga ada rasa takut, ada rasa bimbang, sedih dan kecewa.
Dia juga ada kelemahan dan Dia juga perlukan kawan sebagai kekuatan.  
Jadilah kita kawannya itu. Kita selalu melihat dia ketawa, tetapi mungkin sebenarnya dia tidak setabah yang kita sangka.  
Disebalik senyumannya itu, mungkin banyak cerita sedih yang ingin diluahkan,
disebalik kesenangannya, mungkin tersimpan seribu kekalutan,
 
kita tidak tahu.. tetapi jika kita coba jadi sahabat dia, mungkin kita akan tahu.

20.17

Kehidupan dan goncangan nya....


Kehidupan dan goncangan nya....

Sesungguhnya manusia akan melalui kehidupannya dengan banyak cobaan sebagian nya berupa goncangan – goncangan, yang karnanya dia akan banyak merasakan sakit.


Disaat engkau menghadapi kemelut jiwa dan tidak mendapatkan teman di sisimu… goncangan.


Disaat bertahun tahun engkau tak bisa merealisasikan angan angan mu… goncangan .


Disaat seluruh apa yang telah kamu bangun pergi bersama hembusan angin bak Fatamorgana… goncangan.

Disaat orang yang paling dekat denganmu meninggal dunia… goncangan.

Disaat engkau bertemu dengan seorang teman karib yang lama tidak bertemu, namun dia tidak mengingat namamu… goncangan.

Disaat orang yang engkau cintai berterus terang bahwa engkau tidak bernilai baginya sedikitpun… goncangan.

Disaat engkau membongkar bahwa sumber penistaan atas dirimu ternyata adalah dari orang yang paling dekat denganmu… goncangan.

Goncangan hakiki adalah disaat engkau dapati dirimu seorang diri di dalam kubur tanpa seorangpun… .

Engkau telah meninggalkan semua orang yang dulu bersamamu… .

Serta tidak ada satupun yang tertinggal bersamamu kecuali amalmu yang sholeh.

Dan goncangan yang terbesar adalah saat engkau berdiri dihadapan ALLOOH AZZA WA JALLA tanpa amal sholeh… tanpa sholat… tanpa dzikir kepada ALLOOH AZZA WA JALLA… tanpa berjihad melawan hawa nafsu… .

Maka jadilah kamu sebagai orang yang bersiap siap dalam menghadapi goncangan abadi yang tempat kembali mu tetap disana.

Apakah menuju 1 taman dari taman Surga ataukah 1 liang dari liang liang Neraka.

Ya ALLOOH… berikanlah Rahmat kepada kami, dan janganlah sekali kali mematikan kami kecuali ENGKAU dalam keadaan Ridho kepada kami.

Wahai Robb segala alam Dzat yang akan menolong orang orang yang lemah, kami bermunajat kepadaMu, siapakah penolong bagi kami selainMu.

Ya ALLOOH, rahmatilah kami jika kami dipikul diatas pundak pundak para pelayat.

Ya ALLOOH, rahmatilah kami, jika kami, telah ditaburi tanah, dan kuburan pun ditutup diatas kami.

Ya ALLOOH sesungguhnya ENGKAU memiliki para kekasih yang akan ENGKAU masukkan ke dalam Surga tanpa hisab dan tanpa adzab.

Maka jadikanlah kami dan orang orang yang membaca tulisan ini termasuk golongan mereka juga. Amin ya mujibas sailin...

20.16

Renungan purnama terlewati


Renungan purnama terlewati


Berselimut bisik pagi ketika lentera temaram

Sisa lelap semalam terurai memecah keheningan


Legam terhanyut hingga terdampar



Di kala alam melepas siulan



Di kala sinarnya merindu kehangatan



Aku di bawah genangan titik kemilau


Tersedu di balik rintik mengembun jauh di dalam


Uap rasa tertoreh kian sunyinya lembar rebah


Tertatih di ruang kehampaan


Aku tak mampu bergeming meloncat mengalahkan

sang katak sekalipun

Aku hanya mengangguk ketika penjaja pagi menawarkan jualannya


Aku pasrah atas hadiah yang di beri


Adalah karunia dan anugerah


===============================


Menatap dua belas purnama tampak memerah indah usai sudah. Serangkaian peristiwa memadu lembut menyapa lirih jiwa, melukis kisah lembah kegelisahan, mendulang gemercik gemulai gemerlap tawa. Seluruhnya tlah terlewati, tak kan pernah kembali. Hanyalah sebuah kenangan. Tertanam dalam jiwa abadi sebuah tunas keikhlasan atas hadiah kehidupan yang Tuhan berikan.


Selama pentas episode kehidupan kemarin, aku telah memikul dua tempayan dari sumber mata air menuju gubuk kehidupanku. Rutinitas keseharianku tetap berulang-ulang, terkadang keluh kesah mewarnai rangkaian langkah di sela- sela tersitanya hari-hariku.


Betapa tidak...........!!!


Satu dari tempayan yang aku pikul tlah retak dan setiap melakukan rutinitas pengambilan air kehidupan tetap bersimbah berceceran sepanjang jalan yang aku lalui. Terkadang bukan hanya keluh kesah menghiasi langitku tetapi penyesalan selalu hadir karena tak sempurnanya keinginanku. Berkaca dan berkata pada diri ini seutuhnya tentang ilusi keterbukaan hidup, aku tlah lupa bahwa sebenarnya aku tlah menangisi sesuatu yang pernah aku syukuri.


Disini, aku tlah lalai......

Disini, aku tlah lupa......
Dan di sini pula aku tidak ingat bahwa di sepanjang perjalananku di penuhi benih-benih tanaman bunga yang selalu tersirami setiap hari dan kini bunga itu tlah mengembang indah!!! Satu dari tempayan retak yang aku pikul ternyata telah menyirami tanaman bunga di sepanjang perjalananku yang kulalui. Aku merasa malu atas diriku sendiri. Aku tidak memahami hikmah yang terkandung di balik semuanya ternyata memberikan warna tersendiri atas manfaat yang luar biasa berguna. Kini jalan ku di penuhi dengan bunga warna- warni dan harum mewangi di sampaikan angin.


Yang Maha Kuasa tlah memberikan kelemahan kepadaku agar aku senantiasa menyadari hikmah yang tersembunyi di balik semua itu. Di balik kelemahanku tersimpan sebuah kekuatan untuk tetap tegar menjemput keindahan.



Aku mesti melupakan kenangan pahit masa terlewati. Masa lalu hanyalah sebuah kenangan! Berlalu dan tak kan pernah kembali. Aku harus menjalani hari ini karena Hari ini adalah wujud nyata aku meraih kebaikannya! Aku berusaha menjadi pelakon gigih yang menatap hari esok.

Hari esok siapapun tak kan pernah tahu apakah masih tetap hadir atau aku tlah di jemput!

Aku hanya melakukan yang terbaik yang aku tahu!

Aku hanya melakukan yang terbaik yang aku mampu!
Aku selalu bermaksud melakukan yang terbaik hingga akhirnya!

Semoga aku BISA....!

20.15

Yakinlah...

Yakinlah...

iman adalah mata yang terbuka,
mendahului datangnya cahaya
tapi jika terlalu silau, pejamkan saja
lalu rasakan hangatnya keajaiban

Saya tertakjub membaca kisah ini; bahwa Sang Nabi hari itu berdoa.

Di padang Badr yang tandus dan kering, semak durinya yang memerah dan langitnya yang cerah, sesaat kesunyian mendesing. Dua pasukan telah berhadapan. Tak imbang memang. Yang pelik, sebagian mereka terikat oleh darah, namun terpisah oleh ‘aqidah. Dan mereka tahu inilah hari furqan; hari terpisahnya kebenaran dan kebathilan. Ini hari penentuan akankah keberwujudan mereka berlanjut.
Doa itulah yang mencenungkan saya. “Ya Allah”, lirihnya dengan mata kaca, “Jika Kau biarkan pasukan ini binasa, Kau takkan disembah lagi di bumi! Ya Allah, kecuali jika Kau memang menghendaki untuk tak lagi disembah di bumi!” Gemetar bahu itu oleh isaknya, dan selendang di pundaknya pun luruh seiring gigil yang menyesakkan.
Andai boleh lancang, saya menyebutnya doa yang mengancam. Dan Abu Bakr, lelaki dengan iman tanpa retak itu punya kalimat yang jauh lebih santun untuk menggambarkan perasaan saya. “Sudahlah Ya Rasulallah”, bisiknya sambil mengalungkan kembali selendang Sang Nabi, “Demi Allah, Dia takkan pernah mengingkari janjiNya padamu!”
Doa itu telah menerbitkan sejuta tanya di hati saya. Ringkasnya; mengapa begitu bunyinya? Tetapi kemudian, saya membaca lagi dengan sama takjubnya pinta Ibrahim, kekasih Allah itu. “Tunjukkan padaku duhai Rabbi, bagaimana Kau hidupkan yang mati!”, begitu katanya. Ah ya.. Saya menangkap getar yang sama. Saya menangkap nada yang serupa. Itu iman. Itu iman yang gelisah.
Entah mengapa, para peyakin sejati justru selalu menyisakan ruang di hatinya untuk bertanya, atau menagih. Mungkin saja itu bagian dari sisi manusiawi mereka. Atau mungkin justru, itu untuk membedakan iman mereka yang suci dari hawa nafsu yang dicarikan pembenaran. Untuk membedakan keyakinan mereka yang menghunjam dari kepercayaan yang bulat namun tanpa pijakan.
Kita tahu, di Badr hari itu, Abu Jahl juga berdoa. Dengan kuda perkasanya, dengan mata menantangnya, dengan suara lantangnya, dan telunjuk yang mengacung ke langit dia berseru, “Ya Allah, jika yang dibawa Muhammad memang benar dari sisiMu, hujani saja kami dari langit dengan batu!” Berbeda dari Sang Nabi, kalimat doanya begitu bulat, utuh, dan pejal. Tak menyisakan sedikitpun ruang untuk bertanya. Dan dia lebih rela binasa daripada mengakui bahwa kebenaran ada di pihak lawan.
Itukah keyakinan yang sempurna? Bukan. Itu justru kenaïfan. Naif sekali.
Mari bedakan kedua hal ini. Yakin dan naïf. Bahwa dua manusia yang dijamin sebagai teladan terbaik oleh Al Quran memiliki keyakinan yang menghunjam dalam hati, dan keyakinan itu justru sangat manusiawi. Sementara kenaifan telah diajarkan Iblis; untuk menilai sesuatu dari asal penciptaan lalu penilaian itu menghalangi ketaatan pada PenciptaNya. Atau seperti Abu Jahl; rela binasa daripada mengakui kebenaran tak di pihaknya. Atau seperti Khawarij yang diperangi ‘Ali; selalu bicara dengan ayat-ayat suci, tapi lisan dan tangan menyakiti dan menganiaya muslim lain tanpa henti. Khawarij yang selalu berteriak, “Hukum itu hanya milik Allah!”, sekedar untuk menghalangi kaum muslimin berdamai lagi dan mengupayakan kemashlahatan yang lebih besar. Mencita-citakan tegaknya Din, memisahkan diri di Harura dari kumpulan besar muslimin, dan merasa bahwa segala masalah akan selesai dengan kalimat-kalimat. Itu naïf.
Dan beginilah kehidupan para peyakin sejati; tak hanya satu saat dalam kehidupannya, Ibrahim sebagai ayah dan suami, Rasul dan Nabi, harus mengalami pertarungan batin yang sengit. Saat ia diminta meninggalkan isteri dan anaknya berulang kali dia ditanya Hajar mengapa. Dan dia hanya terdiam, menghela nafas panjang, sembari memejamkan mata. Juga ketika dia harus menyembelih Isma’il. Siapa yang bisa meredam kemanusiaannya, kebapakannya, juga rasa sayang dan cintanya pada sesibir tulang yang dinanti dengan berpuluh tahun menghitung hari.
Dan dia memejamkan mata. Lagi-lagi memejamkan mata.
Yang dialami para peyakin sejati agaknya adalah sebuah keterhijaban akan masa depan. Mereka tak tahu apa sesudah itu. Yang mereka tahu saat ini bahwa ada perintah Ilahi untuk begini. Dan iman mereka selalu mengiang-ngiangkan satu kaidah suci, “Jika ini perintah Ilahi, Dia takkan pernah menyia-nyiakan iman dan amal kami.” Lalu mereka bertindak. Mereka padukan tekad untuk taat dengan rasa hati yang kadang masih berat. Mereka satukan keberanian melangkah dengan gelora jiwa yang bertanya-tanya.
Perpaduan itu membuat mereka memejamkan mata. Ya, memejamkan mata.
Begitulah para peyakin sejati. Bagi mereka, hikmah hakiki tak selalu muncul di awal pagi. Mereka harus bersikap di tengah keterhijaban akan masa depan. Cahaya itu belum datang, atau justru terlalu menyilaukan. Tapi mereka harus mengerjakan perintahNya. Seperti Nuh harus membuat kapal, seperti Ibrahim harus menyembelih Isma’il, seperti Musa harus menghadapi Fir’aun dengan lisan gagap dan dosa membunuh, seperti Muhammad dan para sahabatnya harus mengayunkan pedang-pedang mereka pada kerabat yang terikat darah namun terpisah oleh ‘aqidah.
Para pengemban da’wah, jika ada perintahNya yang berat bagi kita, mari pejamkan mata untuk menyempurnakan keterhijaban kita. Lalu kerjakan. Mengerja sambil memejam mata adalah tanda bahwa kita menyerah pasrah pada tanganNya yang telah menulis takdir kita. Tangan yang menuliskan perintah sekaligus mengatur segalanya jadi indah. Tangan yang menuliskan musibah dan kesulitan sebagai sisipan bagi nikmat dan kemudahan. Tangan yang mencipta kita, dan padaNya jua kita akan pulang…

20.14

T a n g i s k u

ين

T a n g i s k u

Tunas bersemi berlabuh di tepian hati


Fajarku menyapa lirih mengabarkan

Tentang kisah kelam semalam

Tentang cerita lusuh tempo dulu

Tentang mereka yang berlarian patuh melintasi pelakon gigih menguakkan bongkahan kenangan usang......sang waktu

Di sini, merangkai titian waktu meski langitku hadir di hiasi kesenduan mentari

Aku menjamah lirih jiwaku

Berpadu melerai kesal, merampok senyum agar menuai tawa, kelak

Aku tetap di sini, melahap kedamaian

Melantunkan syair kehidupan

Melangkah tetap di jalanNya.
================================..

Lari kecil kulakukan, dalam satu masa ketika duniaku segalanya terasa indah, dengan rambutku kubiarkan kusut masai tanpa bekas sisir bersarang dan mewangi minyak rambut, aku berlari kecil diiringi gemetar jiwa sambil mengumandangkan suara lirih pengantar jenazah ibuku yang di usung menuju pemakaman. Di hiasi isak tangis dan cucuran air mata yang tak mampu kuhentikan karena sedih yang teramat sangat aku tetap memanggil ibuku yang bersemayam di dalam keranda tertutupi kain berwarna hijau dan bertuliskan serangkaian ayat-ayat yang menambah kesedihanku. Aku hanya mampu menatap kepergiannya. Terbayang di benakku seluruh jasa beliau tak sempat aku membalasnya karena kelalaianku. Aku merasa terlalu banyak kesalahan yang ku torehkan menyakiti hati dan perasaan ibuku.
Takdir tak bisa di cegah, kini telah tiba saatnya sebuah perpisahan dengan seseorang yang paling aku sayangi di dunia ini. Kebaikannya melebihi semua orang yang pernah aku sayangi. Kasih sayangnya melebihi semua orang yang pernah aku cintai. Ia adalah segala-galanya bagiku. Senyumnya, tawanya, kasih sayangnya seakan mampu menggugurkan semua bintang bertekuk di hadapannya. Tak bisa kulupakan senyumnya, bahkan kejengkelannya sekalipun ketika aku melakukan kesalahan yang membuat hati dan perasaannya terluka, beliau mampu meredam tetap dengan senyum tersungging di bibirnya. Maafkan kesalahanku IBU…..!

Keesokan hari aku berlari kecil tanpa menengok kiri dan kanan, meratap, menangis merangkai kesedihan yang tak kunjung reda bermaksud menemui nisan ibuku yang hanya tampak terbujur memerah dengan gundukan tanah. Aku memeluk nisan ibuku. Pipiku yang dilumuri cucuran bening kuletakkan di atas gundukan tanah merah yang terasa hangat. Terbujur kaku. Tak kuasa rintihanku menggelegar hingga menjadi sebuah tangisan yang menggema di sekitarku. Aku menangis dengan segala kepiluan.

Tak henti-hentinya aku menyebut nama IBU….!

”Ibu! Malam ini Engkau sendirian terbaring dalam kegelapan kubur, tanpa lampu penerangan dan penghibur. Jika malam kemarin aku masih bisa menyalakan penerangan untuk ibu dan masih bisa menghibur ibu, malam ini di tengah kegelapan yang tak ada sinar setitikpun siapakah yang menerangi ibu dan siapa pula yang menghibur ibu?”

”Ibu! Malam ini Engkau sendirian tanpa tempat tidur yang empuk dan tanpa selimut yang tebal hanyalah sehelai kain putih dan beralaskan sekepal tanah merah, pasti engkau kedinginan. Bila malam kemarin aku menyediakan tempat tidur dan menyiapkan selimut tebal, siapakah malam ini yang menyiapkan semuanya untuk mengusir rasa dingin di tengah tempat tidur yang sempit dalam kesendirian ini?”

“Ibu! Malam ini Engkau sendirian hanya ditemani suara jengkrik dan gesek dedaunan pohonan yang bergoyang. Bila malam kemarin Engkau masih bisa memanggilku dan aku masih bisa menjawab suara lembut ibu, siapakah yang Engkau panggil dan siapa yang menjawab panggilan lembut ibu?”

Tiba-tiba sentuhan tangan mengagetkanku dari belakang. Ayahku telah mendengar semua rintihanku bersama linangan air mata yang membias dari kesedihan kami. Hanya beliau mampu menyembunyikan rasa sedih yang membaluti jiwa kami semua. Sedang aku hanyalah satu sosok jiwa yang teramat rapuh. Mudah terhanyut dalam kesedihan.

Serangkaian kata terucap dari dari ayahku mengajari segala tentang kematian
“Anakku!
Biarkan ibumu lebih dulu menghadapNya dan kita pasti akan menyusulnya, tetapi entah kapan. Kita hanyalah bisa mendoakan semoga beliau mendapat tempat yang terindah di sisinya….. amin

Kemarin kita telah meletakkan tubuh ibumu yang segar bugar, kita hanyalah bisa mendo’akan semoga hari ini tubuh beliau masih segar bugar.

Orang-orang alim mengatakan bahwa semua hamba besok ditanya tentang imannya. Diantara mereka ada yang bisa menjawab dan ada pula yang hanya membisu. Kita hanyalah bisa mendo’kan semoga beliau bisa menjawabnya.

Orang shaleh mengatakan kuburan itu bisa di buat menjadi luas atau sempit. Dan kuburan itu katanya merupakan secuil taman dari taman surga tetapi bisa juga merupakan sebuah lubang dari lubang neraka. Semoga beliau mendapati taman dari taman surga.

Orang shaleh mengatakan liang kubur bisa menghangati mayat dengan memeluknya seperti kehangatan pelukan ibu terhadap anaknya, tetapi bisa juga merupakan lilitan erat yang meremukkan tulang-tulang. Kita hanya bisa berdo’a, semoga kubur beliau menjadi luas dan hangat.

Kemarin kita memanggilnya, beliau selalu menjawab tetapi kini kita panggil-panggil tak lagi mau menjawab. Kini beliau telah berpisah dengan kita dan tak akan berjumpa sampai hari kiamat. Semoga Allah tak menghalangi perjumpaan kita dengan beliau...kelak

Amin………………………………………………………………."

Aku berusaha meredakan tangisku dan memeluk ayahku. Kami terhanyut dalam suasana haru di tengah banjirnya air mata.

Aku mencoba memulai hidup tanpa kehadiran kasih sayang seseorang yang paling aku sayangi. Aku hanya menjalani segalanya karena semua yang ada di dunia ini adalah sebuah hadiah kehidupan yang harus aku terima meski terbuai dalam kepiluan yang teramat dalam.

Hidup bukan awal dari suatu kehidupan tetapi adalah sebuah awal perjuangan yang sangat singkat

Mati bukan akhir dari suatu kehidupan tetapi adalah sebuah awal dari perjalanan yang sangat panjaaaaang.....

20.13

Diriku dalam fikiranku.

الله وبركاته.. : 'أهلا وسهلا في بلوق التربية الإسلامية ، أشكركم شكرا جزيلا على زيارتك،..: وهذا بلوق نأمل زيادة علمك مفيد و لجميع المسلمين...: بارك الله فيك..~~ اللهم انفعنى بما علمتنى..وعلمني ما ينفعنى وارزقنى علما ينفعنى وزدنى علما ...آمين

Diriku dalam fikiranku.

Pada Malam Dengan Keheningan dan Gelapnya              
Dalam butiran cahaya bintang yang bertaburan
Kurenungi hakikat penciptaanku sebagai makluk bumi
Kucurahkan semua rasio ku tuk berfikir.....

Betapa kecilnya diriku ini.....
Seseorang diantara taburan manusia yang perpijak pada bumi
Betapa kecilnya bumi ini.....
Sebuah planet diantara taburan bintang dan galaksi



Betapa besarnya alam semesta ini......
Luas dan masih tak terjelajahi dengan teknologi masa kini
Betapa maha besarnya pencipta alam semesta ini.....
yang telah mencipta dengan keindahan dan harmoni

Pada Siang Dengan Keriuhan dan Terangnya
Dalam hiruk-pikuk aktifitas penduduk bumi
Kurenungi hakikat penciptaanku sebagai manusia
Kucurahkan semua rasio ku tuk memahami.....

Ku terlahir di dunia sebagai seorang bayi
Dalam asuhan dan bimbingan orang tua
Untuk belajar menjadi Khalifah di muka bumi
Dan beribadah kepada ALLoH yang maha ESA

Menjalani takdir ALLoH berupa Ujian dan Cobaan di dunia
Dibekali dengan Nafsu dan Akal Fikiran
Dituntun dengan kitab Alquran
Serta Alhadist melalui Rasul-NYA

Senang, susah, sedih, gembira
Menangis, tertawa, termenung, ceria
Pasrah, khawatir, ikhlas, kecewa
Resah, tenang, derita, bahagia

Dinamika kehidupan dalam pasangan rasa
Tertahta dalam hati sebagai nuansa
terwujud dalam tindakan dan aksi
dalam diri seorang pribadi

Kebaikan....akan dibalas dengan kebaikan
Kejahatan...akan dibalas dengan kejahatan
Itulah hukum yang berlaku bagi manusia di dunia ini
yang tak bisa terlepas dari aksi-reaksi

Episode bergulir seperti sebuah roda putar
Kadang diatas...kadang dibawah
Mencari puzzle hikmah dalam tempaan kehidupan dunia
Berharap ridho dari Allah Sang Pencipta

Puji, caci, cinta, benci
Jujur, dusta, sayang, dengki
Benar, Fitnah, rela, iri
Jumpa, pisah, datang, pergi

Dinamika kehidupan dalam pasangan aksi
Terjadi dalam kehidupan sehari-hari
Tindakan ditabur saat ini
Balasan dituai di hari nanti

Kebaikan.... akan mendatangkan pahala
kejahatan....akan mendatangkan dosa
Itulah balasan bagi tindakan manusia
Dari Allah yang Maha Kuasa

Episode bergulir seperti sebuah roda putar
Kadang mendapat pahala...kadang berbuat dosa
Mengumpulkan amal dalam tempaan berinteraksi dengan sesama
Berharap karunia dari Allah yang Maha Pencipta

Terus ditempa di dunia...sampai ajal tiba...
Lalu menunggu di alam kubur... hingga kiamat tiba...
Diakherat dihitung amal perbuatannya
bertanggung jawab terhadap amal perbuatannya

free counters


Powered By Blogger

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.